Setelah tiga tahun percepatan digitalisasi, berbagai kawasan di dunia, termasuk Asia Pasifik, telah memasuki era digital baru. Di era ini, ada pergeseran dari transformasi digital ke bisnis digital yang dipicu oleh Covid-19. Sandra Ng, Group Vice-President & General Manager IDC Asia-Pacific, menyatakan bahwa bisnis digital mampu melakukan skalabilitas secara real-time dan menciptakan nilai baru yang berdampak pada berbagai aspek, termasuk keberlanjutan (sustainability) dan tujuan ESG (environment, social, dan governance).
Dalam diskusi panel tentang tren teknologi tahun 2023 di ASEAN, Australia, Selandia Baru, dan Korea Selatan yang diselenggarakan oleh IBM, Sandra Ng juga mengemukakan beberapa prediksi setelah perusahaan-perusahaan memasuki era bisnis digital. Menurutnya, pada tahun 2026, 40% pendapatan dari 2000 organisasi di Asia akan berasal dari produk, layanan, dan pengalaman digital. Pada tahun 2027, 80% organisasi akan dapat mengukur dengan akurat nilai kapabilitas/aset digital, seperti data, algoritma, dan kode perangkat lunak. Kemampuan ini diharapkan meningkatkan valuasi pasar perusahaan secara signifikan.
IDC menyampaikan bahwa transisi ke metrik pengukuran nilai bisnis ini menjadi tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan saat menjalankan bisnis digital.
Dalam hal pengeluaran untuk teknologi digital, Sandra melihat pertumbuhan yang 3,5 kali lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023, karena perusahaan akan membangun dasar untuk keunggulan operasional, diferensiasi kompetitif, dan pertumbuhan jangka panjang.
Para panelis dalam diskusi tersebut menyebutkan lima tren yang harus diperhatikan oleh para pemimpin bisnis dihadapi tantangan tahun 2023:
- Otomatisasi memiliki peran penting. Otomatisasi dapat membantu perusahaan memeriksa alur proses bisnis di semua fungsi. Dalam menghadapi kelangkaan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi untuk mendorong transformasi digital, otomatisasi menjadi semakin penting bagi bisnis. Para CIO (Chief Information Officer) di masa depan diharapkan akan banyak berinvestasi dalam otomatisasi ini.
- Data dan integrasi merupakan faktor penting. AI, analitik, dan big data di Asia Pasifik tumbuh sebesar 20% setiap tahunnya. Untuk mengimbangi kecepatan pertumbuhan data yang besar ini, organisasi perlu mengandalkan AI. Perusahaan yang berhasil saat ini adalah yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, belajar, dan berkembang dengan cepat berdasarkan interpretasi dan pembelajaran dari data.
- Keamanan dunia maya yang terintegrasi menjadi prioritas. Isu keamanan terus meningkat di kawasan ini. Upaya edukasi keamanan dunia maya bagi karyawan di seluruh organisasi merupakan proses yang berkelanjutan. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan juga dapat membantu dalam penilaian kerentanan. Pendekatan keamanan dunia maya yang saling terhubung dan strategi keamanan Zero Trust juga perlu diterapkan untuk meningkatkan ketahanan dunia maya dan mengelola risiko lingkungan bisnis yang tidak terkoneksi.
- Keberlanjutan menjadi mandat bisnis. Keberlanjutan menjadi penting dari sudut pandang teknologi. Organisasi perlu memiliki kemampuan untuk mengukur jejak karbon dari operasional bisnis mereka. Solusi seperti Envizi dapat membantu organisasi mengotomatisasi pengumpulan dan konsolidasi berbagai tipe data dalam kerangka pelaporan ESG yang diakui secara internasional.
- Karyawan dan tenaga kerja digital untuk masa depan. Keterbatasan tenaga kerja yang memiliki keterampilan untuk mendorong transformasi digital merupakan tantangan. Inilah mengapa otomatisasi menjadi penting bagi organisasi saat ini. Pelatihan keterampilan karyawan perlu ditingkatkan dan diperdalam. Pada tahun 2023, otomatisasi diharapkan menjadi pendekatan untuk mengatasi kesenjangan talenta dalam organisasi. Karyawan digital dan bagaimana teknologi akan meningkatkan kemampuan manusia juga perlu dipertimbangkan.
Dalam rangka menghadapi tantangan di tahun 2023, para pemimpin bisnis perlu memperhatikan tiga hal penting: kecepatan bisnis dengan otomatisasi, pengurangan biaya dengan memanfaatkan teknologi sebagai deflator (termasuk otomatisasi), dan ketahanan bisnis dengan mempertimbangkan arsitektur teknologi secara holistik.